
Desa Culik Induk
Desa Culik sejak jaman Kerajaan Karangasem dahulu sudah sangat diperhitungkan. Terbukti di Desa Culik ditempatkan seorang punggawa (sekarang setingkat dengan camat) kapunggawan Culik, mewilayahi Desa Bunutan, Datah, Culik dll.
Punggawa yang pertama memerintah di kapunggawan culik yalah I Gusti Made Padang dari Sibetan kemudian dilanjutkan oleh I Gusti Made Putu. Keturunannya sampai sekarang masih ada tinggal bermukim di Culik yaitu: I Gusti Nyoman Ngurah beserta ayah, Ibu, Istri, anak-ank yang dicintainya.
Pada saat pemberontakan I Gusti Jit Metegil dari Sibetan yang berani ingkar kepada Raja Karangasem, rakyat Desa Culik turut serta ambil bagian berprang melawan pemberontak ke Sibetan. Dalam perang melawan pemberontak tersebut raja Karangasem mengalami kemenangan.
Lasimnya jama dahulu pihak yang menang akan mejejarah mengambil barang-barang atau apa saja sebagai bukti kemenangannya. Rakyat Desa Culik ada yang menjarah batu lompeh besar dipikul sendirian karena keperkasaanya. Yang tidak kalah pentingnya adalah hasi jarahan sebuah kulkul besar dipkul oleh seseorang sebagai hasil jarahan. Bukti sejarah kulkul tersebut sampai sekarang dapat dijumpai di Banjar Seloni. Kulkul tersebut sampai sekarang dimanfaatkan sebagai kulkul banjar, sangat dikeramatkan.
Menurut keterangan para tetua yang trun temurun sapai sekarang bahwa kulkul tersebut akan berbunyi sendiri didengar dari jarak jauhbapabila ada kejadian genting di Desa Culik. Srdangkan Batu Lompeh dimanfaatkan tempat membersihkan babi potong saat penampahan galungan di Banjar Seloni. Namun sekarang keberadaannya batu tersebut entah dimana semenjak arel Banjar Seloni dipakai areal Sekolah Dasar.
Desa Culik yang wilayahnya sangat luas meliputi 17 banjar yaitu: Banjar Tegallinggah, Banjar Linggawana, Banjar kangkaang, Banjar Kebon, Banjar Buayang, Banjar Puun, (sekarang Banjar Aertsari), Banjar Geria, Banjar Pekandelan, Banjar Seroni, Banjar Biaslantang Kaler, Banjar Biaslantang Kelod, Banjar Babakan, Banjar Amed, Banjar Lebah, Banjar Merita, Banjar Bebayu, dan Banjar Peselatan. Ada juga dua Banjar Tempek yaitu Banjar Uma Tempek Buayang, dan Banjar Tengah Tempek Amertasari.
Pada jama perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, masyarakat Culik ikut aktif berjuang yang dihimpun oleh Ida Wayan Bajra dari Geria Kawan Desa Culik, membentuk pasukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dalam perjuangan tersebut, ada tiga orang pejuang dari Desa Culik yang gugur yaitu: Ida Ketut Jelantik gugur diperempatan Culik, I Ketut Natih dari BajarBiaslantang Kelod gugur dihukum tembak oleh NICA di Perempatan Biaslantang ( di depan Kentor Perbekel Purma Kerti sekarang).
Sedangkan Ida Wayan Bajra setelah bergabung denganpasukan I Gusti Lanang Rai (Pak Kolar) gugur di Desa Suter Bangli, berhadapan dengan pasukan NICA (untuk lengkapnya baca buku pelajaran rakyat culik membela Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia). Nama ketiga pahlawan tersebut dipakai nama jalan di kota Amlapura demikian pula di Desa Culik, dari perempatan Culik menuju Desa Labasari tersebut diberi nama Jalan Ida Wayan Bajra, dari Perempatan Culik menuju Desa Purwa Kerti jalan tersebut diberi nama jalan I Ketit Natih, sedangkan jalan dari perempatan Culik menuju Desa Kertha Mandala diberi nama jalan Ida Ketut Jelantik. Demikian sekilas tentang sejarah Desa Culik.
Rencana Pemekaran
Memperhatikan wilayah Desa Culik demikian sangat luas dengan penduduk lebih kurang seribu KK, maka demi lancarnya komunikasi, layanan dan pembinaa keamanan kepada masyarakat, para pemimpin di Desa Culik menganggap perlu untuk memekarkan Desa Culik. LKMD ( Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ) dibawah arahan LMD (Lembaga Musyawarah Desa ) Bersama Perbekel Culik Ida Wayan Warsika dan seluruh Kelian Banjar mengadakan rapat mempersiapkan dan memenuhi segala persyaratan untuk pemekaran Desa. Hasil Musyawarah Desa bahwa Desa Culik akan dimekarkan menjadi Empat Desa Yaitu: Culik Induk, mewilayahi: Banjar Buayang, Banjar Seloni, Banjar Amertasari, Banjar Pekandelan, Banjar Geria. Desa Persiapan Culik Kaler mewilayahi Banjar Merita, Banjar Bebayu, Banjar Peelatan. Desa Persiapan Culik Kangin mewilayahi: Banjar Biaslantang kaler, Banjar Biaslantang Kelod, Banjar Babakan Banjar Amed, Banjar Lebah, sedangkan Desa Persiapan Culik Kelod mewilayahi: Banjar Kebon, Banjar Linggawana, banjar Tegallinggah, Banjar Kangkaang.
Pada mulanya ketiga desa persiapan tersebut belum memiliki nama hanya memakai nama Desa Culik kaler, Desa Culik Kangin, Desa Culik Kelod dan Culik Induk. Untuk memenuhi syarat dalam usulan pemekaran tersebut agar dapat sesegeranya menjadi desa difinitif maka tiap-tiap desa persiapan bermusyawarah untuk menentukan nama desa, Para tetua Desa persiapan Culik Kaler sepakat memberi nama desa tersebut yaitu Desa Labasari. Kata La diambil dari satu suku kata nama Banjar Peselatan. Kata Ba diambil dari satu suku kata nama Banjar Bebayu, sedangkan kata Sari diambil dari kata Bandung Sari, dimana dahulu Banjar Merita bernama Bandung Sari. Ketia suku kata dan kata tersebut digabungkan menjadi Labasari.
Adapun Perbekel yang pertama menjabat di Desa Persiapan Labasari adalah I Made Surdana. Demikian pula Desa Persiapan Culik Kangin dalam paruman para tetua muncullah nama purwa Kerti. Purwa berarti kangin (timur) Kerthi berakna usaha memajukan Desa menuju kebaikan. Nama ini muncul dari salah seorang tetua/Kelian Desa Tukad Besi dibiaslantang yaitu: Guru Made Jingga. Nama ini pun akhrnya disepakati. Adapun Perbeke yang pertama menjabat di Desa Purwa Kerthi adalah I Ketut Merta Suyasa.
Lain halnya dengan Desa Persiapan Culik Kelod juga dalam paruman desa atas usul dan saran I Nengah Mangku Arya dan I Ketut Suamba mengusulkan nama Kertha Mandala yang bermakna desa Santosa. Kertha berarti Santosa, Mandala berarti wilayah/desa. Nama ini disepakati untuk menjadi nama Desa Persiapan Culik Kelod. Adapun Perbekel yang pertama menjabat di Desa Kertha mandala adala I Made Datu.
Setelah berselang beberapa bulan kemudian, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Dearah Tingkat I Bali Tanggal 24 Desember 1988 Nomor 460 dan Surat Tanggal 07 Januari 1989 Nomor 10 Tahun 1989 dan tanggal 06 Pebruari 1989 Nomor 47 tahun 1989, beberapa Desa di Kabupaten Karagasem telah sah menjadi Desa Persiapan termasuk diantaranya ketiga Desa Persiapan di Desa Culik tersebut diatas.
Selanjutnya berdasarkan pesetujuan Menteri Dalam Negeri tanggal 30 Desember 1990 Nomor 140/3823/PUOD, maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali menurunkan Surat Keputusan Nomor 661 tahun 1991, tanggal 28 Oktober 1991 yang iinya meningkatkan setatus-setatus Desa Persiapan di kabupaten Karangasem menjadi desa definitive, maka sah lah Desa Labasari, Desa Purwa Kerthi dan Desa Kertha Mandala menjadi Desa Difinitif.
Hari dan Tanggal Lahirnya Desa Kertha Mandala
Proses pembentukan desa baru tidaklah gampang, tidak seperti membalikkan telapak tangan.. selanjutnya setelah berselang hampir 2 tahun lebih berdasarkan persetujuan Menteri Dalam Negeri tanggal 30 Desember 1990 Nomor 140/3823/PUOD, maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali menurunkan Surat Keputusan Nomor 661 tahu 1991 tanggal 28 Oktober 1991 yang isinya meningkatkan setatus -setatus desa persiapan di Kabupaten Karangasem menjadi desa definitif. Maka sah lah Desa Laba Sari, Desa Purwa Kerthi dan Desa Kertha Mandala menjadi Desa Difinitif. Maka dengan demikian lahirnya Desa Kertha Mandala adalah Senin Wage Kulantir, Tanggal 28 Oktober 1991
Ada beberapa hal menarik yang perlu dipaparkan dalam sejarah Desa Kertha Mandala ini dimana masing-masing Banjar Dinas yang termasuk dalam wilayah Desa Kertha Mandala memiliki ciri khas tersendiri lebih-lebih Banjar Dinas Linggawana bahwa di Banjar ini terdapat Satu Desa Adat atau Desa Pekraman yang termasuk kuno peninggalan jaman Bali Aga yaitu Desa Adat Linggawana.
Di Banjar Dinas Kebon dimana warganya hampir sebagian besar merupakan satu garis keturunan dari Ki Arya Gajah Para. Terdapat beberapa pura penyungsungan Desa seperti pura Tegal Suci, Pura Kebon Agung. Di pura Kebon Agung setiap tiga tahun sekali dilaksanakan upacara Usaba Dangsil bermakna menyampaikan rasa syukur atau Angayubagia keadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia yang dilimpahkan dalam bentuk hasil panen yang baik dan melimpah. Sedangkan di Banjar Dinas Kangkaang dimana penduduknya sebagian besar merupakan Emigran dari Desa Ngis dan Tista kemudian menetap di Kangkaang untuk bercocok tanam, lengkap membawa satu perangkat Tarian Sakral yang masih dipelihara dan disakralkan sampai sekarang yaitu Tarian Dadap dan Panah dimana perisaenya membentuk Kelopak Tandan Kelapa ( Keloping ). Lain Banjar dinas Kangkaang lain pula Banjar dinas Tegallinggah. Di Banjar Dinas Tegallinggah terletak di tangah sawah ini ada satu peninggalan dimana merupakan satu kebanggaan bagi penduduk setempat yaitu sebuah Kentongan ( Kulkul ) yang bahannya dari kayu Silagui.
Kulkul ini sampai sekarang masih dipelihara dan disakralkan oleh masyarakat Tegallinggah serta dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan penyakit, dimana air basuhan kulkul tersebut dapat dipakai obat menyembuhkan penyakit perut. Terakhir kita coba menguraikan keunikan dari Banjar Dinas Linggawana, yang memiliki satu Desa Adat yang bernama Desa Adat Linggawana. Di Desa Adat yang demikian sangat tua ini terdapat legenda rejang ilang dan warisan upacara sakral yang bernama upacara caru Kedengklong. Disamping itu di desa yanga sangat kuno ini terdapat atau tersimpan sebelas lempeng prasasti kuno dari perunggu yang bertuliskan hurup Dewa Negari. Benda ini sangat disakralkan dan disungsung masyarakat setempat serta dipelihara dengan baik sampai sekarang. Prasasti ini sangat menarik untuk ditelusuri oleh para ahli arkeologi untuk diketahui makna yang terkandung didalamnya .
Menurut rontal awig-awig Desa Adat Linggawana menyebutkan bahwa awig-wig tersebut ditulis tanggal ping 11 sasih ketiga rah 8 tenggek 9 Isaka Ekam Sad Sangasta Yusaning Loka ( 1698 ) ( 1776 Masehi ), dimana disebutkan bahwa atas perkenaannya, Ki Patih Pasung Grigis Patih terkenal dari Kerajaan Bedahulu yang mengalami kejayaan sekitar Abad XIII, Ki Pasek Linggawimba ( Linggawana ), ditugaskan untuk memungut Tigasana ( Pajak ) selanjutnya disetor ke Bedahulu. Wilayah kerja Ki Pasek Linggawimba meliputi Bon Dalem, Puri ireng ( Les ), Pacung, Selewayang ( Baturinggit ) Dukuh Mimba, Selegili, Batulamben, Selepanjang ( Batudawa ), Muntig, Ukiran Puspa ( Bukit Sekar ), Basmekulit ( Datah ), Gagedusta ( Juuk ), Semer babuk ( Bulakan ), Peselatan, Bungan banten ( Kalangsari ), We Mecapcap ( Bebandem ), Garba Wana ( Basangalas ), Peringbanda ( Tiyimgtali ) , Sekul kuning ( Sega ), Cerucut ( Gulinten ), sampai Sekar Gunung, Desa Bukit dekat Ujung sampai desa Seraya. Peperangan Ki Patih Pasung Gerigis dengan dedela Nata di Flores yang berhasil dengan drow dimana kedua – duanya meninggal merupakan mala petaka bagi Adat Linggawimba dimana semua Desa bawahannya mulai congah ( pemberani ).
Terbukti satu persatu mengangkat perang melawan Ki Pasek Linggawimba. Ki Pasek Seraya menyerbu Linggawimba pada Isaka Ditya Geni Mata Dewa ( 1213 ) atau 1291 masehi ), dan mengalami kemenangan mulai saat itu Seraya lepas dari Linggawana.
Demikian pula Garbawana memberontak pada Isaka Panca Maha Bhuta Metangan Dewa ( 1255 atau 1333 Masehi ) juga mengalami kemenangan dan mulai saat itu Garbawana lepas dari Linggawana, akhirnya satu persatu Desa – desa wilayah kerja Linggawana melawan dan melepaskan diri dari Linggawana pada saat itu dan tinggallah Linggawana dengan wilayah yang ada sampai sekarang. Di dalam Awig tersebut juga diuraikan tugas dan kewajiban serta hak masing – masing tetangan Desa yang berjumlah sepuluh ( 10 orang ) yang disebut Dasa Desa sampai- sampai ketentuan tentang tempat duduknya di Balai Agung saat parum/rapat seperti 1 Kelihan , 1 Penyarikan, 1 Balangtamak, 1 Saya dan lain-lain pada tiap adegan ( tiang )di Balai Agung Desa Adat Linggawana. Tercantum pula dengan jelas tentang pelaksanaan upacara sesuai Tri Hita Karana.
Demikianlah dapat dipaparkan tentang keunikan masing – masing Banjar yang ada di Kertha Mandala yang semuanya merupakan satu kekayaan atau asset budaya yang perlu di lestarikan dan dipelihara. Untuk mempersatukan semua unsur kebinekaan ini maka semuanya dirangkum dalam Lambang Desa Kertha mandala. Demikian sejarah Desa Kertha Mandala dapat dipaparkan dengan harapan dapat berguna sebagai pedoman bagi semua pihak utamanya para generasi muda penerus Bangsa .

ARTI ATAU MAKNA LAMBANG DESA KERTHA MANDALA
Lambang Desa Kertha Mandala terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu ;
- Dasar Lambang segi lima sama sisi dengan warna kuning, sedangkan pada sepanjang kelima sisinya terdapat garis tebal warna hitam
- Beberapa simbul/gambar seperti padi dan kapas, padma anglayang, sebuah dangsil, kobaran api, sebuah kentongan/kulkul dikelilingi oleh empat buah setengah lingkaran dimana keempatnya saling bersinggungan/menyatu dan dasar api berbentuk perisai/tamyang keloping. Sedangkan dilatar belakang nampat bukit/pegunungan yang menghijau.
- Sebuah pita bertuliskan semboyan/seloka berbunyi ; Guluking Catur Pamurti Kertaning Bhuwana .
Arti Masing – Masing Unsur ;
- Dasar lambang segi lima sama sisi dengan warna kuning dan garis tepi yang tebal warna hitam bermakna Segi lima simbolik dari Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia, sedangkan garis tengah hitam pada kelima sisi melambangkan ketegasan jiwa penduduk serta para pemimpin Kertha Mandala dalam pengamalan Pancasila diaktualisasikan dengan kiprah nyata dilapangan. Warna dasar kuning melambangkan kesucian dalam berpikir berbicara dan berbuat bagi semua penduduk Kertha Mandala .
- Arti beberapa simbul yang tertera didalamnya sebagai berikut ;’
- Padi dan kapas melambangkan kemakmuran, cukup sandang dan pangan sebagai tujuan hidup, sedangkan gambar bintang yang dibawahnya berisi angka tahun dengan hurup bali melambangkan atau simbul Tahun / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, jadi tujuan hidup bagi hidup masyarakat Kertha Mandala adalah berkeseimbangan yaitu kesejahtraan lahir dan batin
- Jumlah butir padi 28 ( dua puluh delapan ) butir melambnagkan tanggal, jumlah butir kapas 10 ( sepuluh ) buah melambangkan bulan, sedangkan angka delapan hurup bali dibawah gambar bintang melambangkan Tahun 1991. Kalau ketiganya disatukan maka terjadilah satu tanggal yang bersejarah yaitu 28 Oktober 1991 mulai dipinitipnya Desa Kertha Mandala dengan kata lain Lahirnya Desa Kertha Mandala
- Gambar atau simbul dari sebuah Dangsil adalah satu gambaran tentang pelaksanaan upacara khas untuk memohon kemakmuran di Banjar dinas Kebon secara turun temurun sampai sekarang.
- Gambar Api simbul dari upacara Kedengklong di Banjar Dinas Linggawana guna memohon keselamatan Desa. Api juga merupakan simbul semangat masyarakat Kertha Mandala yang tak kunjung padam
- Gambar atau simbul Kulkul atau keontongan dengan 4 buah setengah lingkaran yang saling bersinggungan merupakan simbul benda keramat di Banjar Dinas Tegallinggah yaitu sebuah Kulkul Kayu Silagui yang dipelihara sampai sekarang . Kulkul bermakna bulatnya kata dalam musyawarah dari ke empat Banjar yang ada di Kertha Mandala.
- Dasar tempat kobaran Api yang berbentuk Tamyang/Perisai menyerupai Keloping pelengkap tarian Baris Dadap dan Panah di Banjar Dinas Kangkaang. Tamyang ini mendasari kesakralan segala aktipitas masyarakat Kertha Mandala, sedangkan gambar bukit dilatar belakang merupakan ciri khas keberadaan Desa Kertha Mandala dikelilingi oleh bukit terjal yang menghijau merupakan benteng yang kokoh agar Desa Kertha Mandala tetap lestari dan maju
- Pita bertuliskan semboyan atau sloka : Guluking Catur Pamurti Kertaning Bhuana bermakana Seloka ini merupakan rangkuman/intisari dari semua gambar lambang yang tertera didalamnya. Kalau kita artikan kata demi kata adalah sebagai berikut ;
- GULUKING CATUR PAMURTI: Bersatunya empat kekuatan yang dhasyat atau semangat yang membara ( Guluk sama dengan bersatu disimbulkan dengan empat buah setengah lingkaran saling bersinggungan. Pamurti/semangat disimbulkan dengan kobaran api di dasari dengan tamyang yang sakral ).
- KERTHANING BHUWANA : Untuk menciptakan kesejahtraan bhuana atau bumi sekala dan niskala ( Lahir Batin ) disimbulkan dengan padi dan kapas ( Kesejahtraan Lahir ) sedangkan Padma Anglayang dan Dangsil simbul dari kesejahtraan batin. Dengan bersatunya empat semangat/kekuatan yang tak kunjung padam dari masyarakat Banjar – banjar yang termasuk Desa Kertha Mandala, merupakan satu potensi yang dahsyat didalam berusaha menciptakan kesejahtraan Bhuana ( Bumi atau Desa ) Kertha Mandala baik kesejatraan lahiriah dan rohaniah.